Konsumerisme modern telah mengalami perubahan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, salah satunya didorong oleh tren digital yang semakin berkembang. Munculnya platform digital, e-commerce, dan iklan berbasis data telah menciptakan sebuah fenomena baru yang mengarah pada meningkatnya permintaan akan barang dan layanan dengan kecepatan tinggi, atau lebih dikenal dengan sebutan "fast consumerism." Dalam konteks ini, keinginan untuk mendapatkan segala sesuatu dengan cepat, mulai dari barang konsumsi hingga layanan, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan generasi muda yang sangat terhubung dengan dunia digital.

Salah satu faktor utama yang mendorong popularitas fast consumerism adalah kemajuan teknologi digital yang memungkinkan akses instan ke produk dan layanan. E-commerce yang berkembang pesat memungkinkan konsumen untuk membeli apa pun dalam hitungan detik, dari makanan hingga gadget terbaru, dengan pengiriman yang semakin cepat. Aplikasi seperti Amazon, Play228, Tokopedia, dan Grab memberikan kenyamanan kepada pengguna dengan kemampuan untuk membeli barang dalam hitungan menit dan mendapatkan pengiriman pada hari yang sama atau bahkan dalam beberapa jam. Kecepatan ini telah menciptakan budaya di mana konsumen terbiasa dengan proses pembelian yang hampir tanpa hambatan dan tidak sabar menunggu lama.

Selain itu, media sosial dan influencer memainkan peran besar dalam memengaruhi keputusan konsumen. Promosi yang dilakukan oleh para influencer di platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube membuat produk tertentu tampak sangat menarik dan mendesak untuk segera dibeli. Teknik pemasaran berbasis data yang digunakan untuk menargetkan iklan juga sangat efektif dalam menggugah impuls konsumen, menciptakan dorongan untuk segera membeli produk atau layanan yang sedang tren. Hal ini, pada gilirannya, semakin mempercepat siklus konsumsi dan memperkuat pola hidup yang berfokus pada kepuasan instan.

Namun, meskipun digitalisasi membawa kemudahan, ada sisi gelap dari fenomena fast consumerism ini. Konsumerisme yang berfokus pada kecepatan dapat berujung pada pemborosan, pembelian impulsif, dan bahkan kerusakan lingkungan akibat sampah kemasan yang terus meningkat. Selain itu, kecenderungan untuk selalu ingin lebih cepat dan lebih banyak mengonsumsi dapat memicu stres dan ketidakpuasan dalam jangka panjang. Dalam menghadapi fenomena ini, penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan kembali pola konsumsi mereka dan mencari keseimbangan antara kemudahan yang ditawarkan oleh digitalisasi dengan dampaknya terhadap kesejahteraan pribadi dan planet ini.